A. SEJARAH FONOLOGI
Sejarah
fonologi dapat dilacak melalui riwayat pemakaian istilah fonem dari
waktu ke waktu. Pada sidang Masyarakat Linguistik Paris, 24 mei 1873,
Dufriche Desgenettes mengusulkan nama fonem, sebagai padanan kata Bjm
Sprachault. Ferdinand De Saussure dalam bukunya “ Memorie Sur Le Systeme
Primitif Des Voyelles Dan Les Langues Indo-Europeennes” ‘memoir tentang
sistem awal vokal bahasa – bahasa Indo eropa ‘ yang terbit pada tahun
1878, mendefinisikan fonem sebagai prototip unik dan hipotetik yang
berasal dari bermacam bunyi dalam bahasa –bahasa anggotanya. Sejarah
fonologi dalam makalah ini akan lebih mengkhususkan membahas mengenai
istilah fonem. Gambaran mengenai perkembangan fonologi dari waktu ke
waktu dapat dilihat lewat berbagai aliran dalam fonologi.
a. Aliran Kazan
Dengan
tokohnya Mikolaj Kreszewski, aliran ini mendefinisikan fonem sebagai
satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropofonik yang
merupakan kekhasan tiap individu. Tokoh utama aliran kazan adalah
Baudoin de Courtenay (1895). Menurut linguis ini, bunyi – bunyi yang
secara fonetis berlainan disebut alternan, yang berkerabat secara
histiris dan etimologis. Jadi, meskipun dilafalkan berbeda, bunyi –
bunyi itu berasal dari satu bentuk yang sama. Pada 1880, Courtenay
melancarkan kritiknya terhadap presisi atas beberapa fona yang
dianggapnya tidak bermanfaat. Pada 1925, paul passy mempertegas kritik
tersebut.
Ferdinand De Saussure.
Ferdinand De Saussure.
Dalam
bukunya “Cours de Linguistique Generale” ‘ Kuliah Linguistik umum’,
Saussure mendefinisikan fonologi sebagai studi tentang bunyi – bunyi
bahasa manusia.dari definisi tersebut tercermin bahwa bunyi bahasa yang
dimaksud olehnya hanyalah unsure – unsure yang terdengar berbeda oleh
telinga dan yang mampu menghasilkan satuan – satuan akustik yang tidak
terbatas dalam rangkaian ujaran. Jadi dapat dikatakan bahwa Saussure
menggunaklan criteria yang semata – mata fonetis untuk menggambarkan
fonem dan memempatkannya hanya pada poros sintagmatik.
Lalu
Saussure mengoreksinya dan mengatakan bahwa pada sebuah kata yang
penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan fonisnya yang mampu
membedakan kata itu dengan yang lain.
Dengan
konsep – konsepnya, meskipun tidak pernah mencantumkan istilah struktur
maupun fungsi, Saussure dianggap telah membuka jalan terhadap studi
fonologi yang kemudian diadaptasi oleh aliran Praha.
b. Aliran Praha
Kelahiran
fonologi ditandai dengan “Proposition 22” ‘Usulan 22’ yang diajukan
oleh R. Jakobson, S. Karczewski dan N. Trubetzkoy pada konggres
Internasional I para linguisdi La Haye, april 1928. Pada 1932 jakobson
mendefinisikan fonem sebagai sejumlah ciri fonis yang mampu membedakan
bunyi bahasa tertentu dari yang lain, sebagai cara untuk membedakan
makna kata. Jadi konsep fonem merupakan sejumlah ciri pembeda (ciri
distingtif).
c. Aliran Amerika
Tokoh
aliran ini adalah Edward Sapir (1925), seorang etnolog dan linguis yang
terutama memeliti bahasa – bahasa Indian Amerika. Menurutnya, sistem
fonologi bersifat bersifat fungsional. Kiprah Sapir diteruskan oleh
penerusnya dari Yale, Leonard Bloomfield , yang karyanya “Language”
menjadikan dirinya bapak linguistik Amerika selama 25 tahun. Pada buku
itu Bloomfield menjelaskan banyak hal tentang definisi – definisi
mutakhir tentang fonem, istilah ciri pembeda, zona penyebaran fonem,
kriteria dasar dalam menentukan oposisi fonologis dan lain – lain.
Sifat behaviouris dan antimentalis Bloomfield mengantarkannya pada konsepsi tentang komunikasi sebagai perilaku dimana sebuah stimulus (ujaran penutur) memunculkan reaksi mitra tutur. Menurutnya, yang penting dalam bahasa adalah fungsinya untuk menghubungkan stimulus penutur dengan reaksi mitra tutur. Agar fungsi itu terpenuhi, pada tataran bunyi cukuplah kiranya jika setiap fonem berbeda dengan yang lainnya. Sehingga zona penyebaran fonem dan sifat akustiknya bukanlah sesuatu yang penting. Pada tataran fonologi umum, pionir fonologi Amerika lainnya, W.F Twaddell pada 1935 menerbitkan monografi. Di dalamnya Twaddell menegaskan bahwa satuan – satuan fonologis bersifat relasional. Daniel Jones dan Aliran Fonetik Inggris Sejak 1907 Daniel Jones mengajar fonetik di University of London. Setelah itu ia kemudian lebih banyak menggelti praktek fonologi di Inggris. Kegiatannya di jurusan fonetik di University of college lebih difokuskan pada transkripsi fonetis dan pengajaran pelafalan bahasa – bahasa dunia. Perhatiannya pada dua hal itu membuat dirinya memiliki konsep tersendiri tentang fonem. Pada 1919, dalam “ Colloquial Sinhalese Reader” yang diterbitkannya bersama H.S Parera, Jones memberikan definisi fonem yang berciri distribusional.
Terinspirasi oleh Baudoin de Courtenay, yang memakai fonem sebagai realitas psikofonetis, Jones menggambarkan fonem sebagai realitas mental. Maksudnya, dalam studi tentang sifat alamiah fonem, kita juga dapat menggunakan baik intuisi, rasa bahasa maupun cara – cara lain yang bersifat psikologis. Hal ini menunjukkan bahwa Jones lebih suka pada sifat fonem, alih – alih fungsinya. Dengan sudut pandang seperti itu sebenarnya Jones sudah memasuki daerah kerja fonologi, dalam analisisnya ia memasukkan data fonologi tertentu, namun dengan menyingkirkan sudutpandangfonologis.
Sifat behaviouris dan antimentalis Bloomfield mengantarkannya pada konsepsi tentang komunikasi sebagai perilaku dimana sebuah stimulus (ujaran penutur) memunculkan reaksi mitra tutur. Menurutnya, yang penting dalam bahasa adalah fungsinya untuk menghubungkan stimulus penutur dengan reaksi mitra tutur. Agar fungsi itu terpenuhi, pada tataran bunyi cukuplah kiranya jika setiap fonem berbeda dengan yang lainnya. Sehingga zona penyebaran fonem dan sifat akustiknya bukanlah sesuatu yang penting. Pada tataran fonologi umum, pionir fonologi Amerika lainnya, W.F Twaddell pada 1935 menerbitkan monografi. Di dalamnya Twaddell menegaskan bahwa satuan – satuan fonologis bersifat relasional. Daniel Jones dan Aliran Fonetik Inggris Sejak 1907 Daniel Jones mengajar fonetik di University of London. Setelah itu ia kemudian lebih banyak menggelti praktek fonologi di Inggris. Kegiatannya di jurusan fonetik di University of college lebih difokuskan pada transkripsi fonetis dan pengajaran pelafalan bahasa – bahasa dunia. Perhatiannya pada dua hal itu membuat dirinya memiliki konsep tersendiri tentang fonem. Pada 1919, dalam “ Colloquial Sinhalese Reader” yang diterbitkannya bersama H.S Parera, Jones memberikan definisi fonem yang berciri distribusional.
Terinspirasi oleh Baudoin de Courtenay, yang memakai fonem sebagai realitas psikofonetis, Jones menggambarkan fonem sebagai realitas mental. Maksudnya, dalam studi tentang sifat alamiah fonem, kita juga dapat menggunakan baik intuisi, rasa bahasa maupun cara – cara lain yang bersifat psikologis. Hal ini menunjukkan bahwa Jones lebih suka pada sifat fonem, alih – alih fungsinya. Dengan sudut pandang seperti itu sebenarnya Jones sudah memasuki daerah kerja fonologi, dalam analisisnya ia memasukkan data fonologi tertentu, namun dengan menyingkirkan sudutpandangfonologis.
B. Perkembangan Fonologi
Tahun
1960-an sampai 1970-an menandai dimulainya kajian – kajian empiris
tentang bahasa Indonesia maupun bahasa – bahasa lain. Contoh karya –
karya yang muncul antara lain :
a.
Artikel tentang fonologi bahasa jawa dan sistem fonem dan ejaan (1960)
oleh samsuri. Ciri – ciri penelitian pada saat itu adalah dipengaruhi
oleh gerakan deskriptivisme, menganut aliran neo Bloomfieldian dan
bersifat behaviouristik, ketat dalam metodologi dan bahasa lisan menjadi
objek utama.
b.
Lalu pada tahun 1970an masuk konsep fonem dan wawasan tentang unsur
suprasegmental oleh amran halim, dan Hans Lapoliwa dengan fonologi
generatifnya.
Namun, untuk mengetahui perkembangan mutakhir linguistic Indonesia saat ini diperlukan survey lagi yang lebih mendalam.
Namun, untuk mengetahui perkembangan mutakhir linguistic Indonesia saat ini diperlukan survey lagi yang lebih mendalam.
C. Pengertian Fonologi
Menurut
Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang
dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
fonologi
adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis
bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua
kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi. Akan
tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang
bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa
lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari
dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Fonem
tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting
karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r].
Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan
menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita
gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l]
dan [r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang
kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa
mereka tidak ada fonem [l]. Oleh karena itulah sangat penting bagi kita
untuk mempelajari Fonologi.
Sekarang
coba Anda perhatikan bunyi gebrakan tangan di atas meja. Apakah bunyi
tersebut termasuk ke dalam kategori fonem? jika Anda menjawab Iya, Anda
harus membaca kembali kalimat sebelumnya. Tapi, jika jawaban Anda
Bukan..Selamat! Anda telah berhasil memahami tentang fonem. Bunyi
gebrakan tangan di atas meja mungkin bisa memiliki makna atau pun
membedakan makna, tapi apakah bunyi tersebut termasuk ke dalam bunyi
bahasa..silahkan Anda perhatikan dengan baik.
Fonem
dalam bahasa Indonesia terdiri atas empat macam. Ada fonem yang
benar-benar asli dari bahasa Indonesia, namun ada pula fonem yang
berasal dari berbagai bahasa lain namun penggunaannya sudah dibakukan.
Dalam pembahasan berikut, saya tidak akan membedakan antara fonem yang
asli dengan fonem yang serapan.
Menurut
Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan
menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasanya dijelaskan
sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai
pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi
yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi
tersebut sebagai pembeda makna.
Marilh kita lihat percakapan ini :
Orang I : apakah tugasmu hari ini?
Orang II : membuat resensi buku
Orang I : resensi buku? buku siapa?
Orang II : ah, buku dalam bahasa arab
Orang I: dalam bahasa arab?
Orang II: ya,kita kan mahasiswa bahasa arab.
Dari
percakapan sependek ini kita hanya mendengar deretan bunyi baik yang
dikeluarkan oleh orang I maupun orang II. Bunyi-bunyi ini disebut, bunyi
bahasa yang kebetulan kita mengerti, karena kita adalah penutur bahasa
Indonesia. Seandainya ada orang jerman yang kebetulan mendengar
percakapan ini, pasti dia tidak mengerti bahasa Indonesia. Ilmu yang
mempelajari bunyi-bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya, untuk
membedakan makna leksikal disebut fonologi ( phonology). Di Amerika istilah fonologi disebut fonemik (phonemics)
sedangkan di eropa disamping fonemik terdapat pula fonetik. Jadi, bagi
sarjana di eropa, misalnya Belanda dan Inggris terdapat fonetik dan
fonologi, sedangkan di Amerika Serikat, baik fonetik maupun fonemik
dibicarakan dalam satu tataran yang disebut fonologi.
D. BIDANG PEMBAHASAN FONOLOGI
Fonologi mempunyai dua cabang kajian,
Pertama, fonetik yaitu
cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa
direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik adalah bagian fonologi yang
mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi
bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonetik juga
mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan
dengan penggunaan bahasa. Chaer membagi urutan proses terjadinya bunyi
bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:
a) fonetik artikulatoris atau
fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme
alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta
bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
b) fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.
c) fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik
tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik
artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah
bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia.
Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan
fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.
Kedua, fonemik yaitu
kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.
Chaer mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau
berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi[r]. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang
berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.
istilah lain yang berkaitan dengan Fonologi antara lain fona, fonem, konsonan, dan vokal.
fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Unluk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
- udara,
- artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
- titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal
adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa
rintangan. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan
udara keluar dengan rintangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan
rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya
gerakan atau perubahan posisi artikulator .
E. KEDUDUKAN FONOLOGI DALAM CABANG-CABANG LINGUISTIK
Sebagai bidang yang
berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi, hasil kerja
fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguitik
yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik.
1. Fonologi dalam cabang Morfologi
Bidang morfologi yang
kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan
hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh}
diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan
[butuhkan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem
sufiks {-kan}.
2. Fonologi dalam cabang Sintaksis
Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri!
(kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari
dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan
tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis,
yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata
dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.
3. Fonologi dalam cabang Semantik
Bidang semantik, yang
berkosentrasi pada persoalan makna kata pun memanfaatkan hasil telaah
fonologi. Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan, dan
tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan bermakna
lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan
secara bervariasi [dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak membedakan
makna. Hasil analisis fonologislah yang membantunya.
F. Hal- hal terkait fonologi
a. Fonem
Fonem
adalah kesatuan bunyi yang terkecil dan sistem bunyi-bunyi bahasa yang
dapat berfungsi sebagai pembeda makna. Dan fonem juga adalah merupakan
objek kajian dalam ilmu fonemik.
b. Identifikasi Fonem
Untuk
mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari
sebuah satuan bahasa biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi, lalu
membandingkannya dengan satuan kata yang lain yang mirip dengan satuan
bahasa yang pertama. kalau ternyata kedua satuan bahasa itu mempunyai
makna yang berbeda maka dapat kita simpulkan bahwasanya bunyi tersebut
adalah fonem, karena dia bisa atau berfungsi membedakan makna kedua
satuan bahasa tersebut. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kata “tajam” dengan ”talam”. Keduanya memiliki kemiripan bunyi bahkan jumlah bunyinya sama (lima bunyi). “Ternyata perbedaannya hanya pada bunyi “J” dan “l”. Maka dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa bunyi “j” dan “l”
dalam bahasa Indonesia adalah fonem, karena berfungsi dalam membedakan
makna. Dalam bahasa arab juga ditemukan adanya fonem, misalnya pada kata
“ ذنوب“ dengan “ زنوب“ yang mempunyai arti yang berbeda yaitu “dosa-dosa” dan “bulu ketiak”.
c. Klasifikasi Fonem
Dalam
kajian fonologi, fonem dapat diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu :
fonem segmental dan fonem suprasegmental. Adapun yang dimaksud dengan
fonem segmental adalah vokal dan konsonan dalam fonologi ataupun
fonem-fonem yang berupa bunyi yang didapat sebagai hasil segmentasi
terhadap arus ujaran. Dan yang dimaksud dengan suprasegmental adalah
jalinan atau susunan bunyi yang dapat membedakan arti suatu kata dengan
kata yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan segmen adalah satuan
bahasa yang diabstraksikan dari suatu teks, misalnya fon atau fonem
sebagai suatu bunyi, morf atau morfem sebagai satuan gramatikal.
d. Identifikasi Fonem Bahasa Arab Berdasarkan Klasifikasi Fonemnya.
1. Fonem vokal
Dalam pembuktian bunyi-bunyi vokal dalam bahasa arab termasuk fonem atau tidak, dapat dilihat sebagai berikut :
a. Vokal /i/ dan /î/ misal :
سن /sinnun/ “umum atau gigi”
سېن /sÎn/ “huruf s”
Vokal /i/ dan /Î/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir sama namun dapat membedakan makna.
b. Vokal /a/ dan /â/ misal :
نصر /nasara/ “dia telah menolong”
ناصر /nâsara/ “saling menolong”
Vokal /a/ dan /â/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir sama namun dapat membedakan makna.
c. Vokal /u/ dan /û/ misalnya :
نذر /nuzurun/ “peringatan”
نذور /nuzûrun/ “nazar”
Vokal /u/ dan /û/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hamper sama, namun dapat membedakan makna.
d. Vokal /i/ dan /a/ misalnya :
من /min/ “dari”
من /man/ “siapa”
Vokal /i/ dan /a/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir sama, namun dapat membedakan makna.
e. Vokal /i/ dan /u/ misalnya :
بر /birrun/ “kebaikan”
بر /burrun/ “gandum”
Vokal /i/ dan /u/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir sama, namun dapat membedakan makna.
f. vokal /a/ dan /u/ misalnya :
بر / barrun / “daratan”
بر / burrun / “gandum”
Vokal /a/ dan /u/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir
sama, namun dapat membedakan makna.
2. Fonem konsonan
Diantara beberapa fonem yang teridentifikasi memiliki kesamaan dalam bahasa arab adalah sebagai berikut :
a. konsonan “ﺖ” /t/ dan “ﻄ” /t/, misalnya :
ﺗﻳﻥ / tin / ”buah tin”
ﻄﻳﻥ / tin / ”tanah”
konsonan “ﺖ” /t/ dan “ﻄ” /t/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.
b. konsonan “ﺖ” /t/ dan ”ﺪ” /d/, misalnya ;
ﺘﺏ / tabba / ”celaka, binasa”
ﺪﺏ / dabba / ”merangkak, merayap”
konsonan “ﺖ” /t/ dan ”ﺪ” /d/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.
c. konsonan ”ﻙ” /k/ dan ”ﻕ” /q/, misalnya :
ﻜﻟﺏ / kalbun / ’anjing”
ﻗﻟﺏ / qalbun / ”hati”
konsonan ”ﻙ” /k/ dan ”ﻕ” /q/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.
d. konsonan ”ﺪ” /d/ dan ”ﺽ” /d/, misalnya :
ﺪﻝ / dalla / ”menunjukkan”
ﺿﻝ / dalla / ”menyesatkan”
konsonan ”ﺪ” /d/ dan ”ﺽ” /d/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.
e. konsonan ”ﺙ” /t/ dan ”ﺫ” /z/, misalnya :
ﺛﻡ / samma / ”disana”
ﺫﻡ / zamma / ”mencela’
Konsonan ”ﺙ” /t/ dan ”ﺫ” /z/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.
f. konsonan ”ﺫ” /z/ dan ”ﻅ” /z/, misalnya :
ﺫﻟﻴﻝ / zalillun / ”yang hina”
ﻅﻟﻴﻝ / zalilun / ”yang melindungi”
Konsonan ”ﺫ” /z/ dan ”ﻅ” /z/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.
g. konsonan ”ﺱ” /s/ dan ”ﺹ” /s/, misalnya :
ﻧﺴﺭ / nasrun / “burung garuda”
ﻧﺼﺭ / nasrun / “pertolongan”
Konsonan ”ﺱ” /s/ dan ”ﺹ” /s/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.
h. konsonan ”ﺱ” /s/ dan “ﺶ” /sy/, misalnya :
ﺣﺭﺱ / harasa / “menjaga”
ﺣﺭﺵ / harasya / “memburu”
Konsonan ”ﺱ” /s/ dan “ﺶ” /sy/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.
i. konsonan “ﺡ” /h/ dan “ﻫ” /h/, misalnya :
ﻧﺣﺭ / nahara / “menyembelih”
ﻧﻫﺭ / nahara / “membentak”
Konsonan “ﺡ” /h/ dan “ﻫ” /h/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.
j. konsonan “ﺡ” /h/ dan “ﻉ” /’a/, misalnya :
ﻧﺣﻝ / nahlun / “lebah”
ﻧﻌﻝ / na’lun / “sendal”
Konsonan “ﺡ” /h/ dan “ﻉ” /’a/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.
k. konsonan “ﺀ” /’a/ dan “ﻫ” /h/, misalnya :
ﺴﺄﻝ / sa’ala / “bertanya”
ﺴﻬﻝ / sahala / “mudah”
Konsonan “ﺀ” /’a/ dan “ﻫ” /h/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.
l. Konsonan “ﺀ” /’a/ dan “ﻉ” /’a/, misalnya :
ﺑﺩﺃ / badaa / “memulai”
ﺑﺩﻉ / bada’a / “menciptakan”
Konsonan “ﺀ” /’a/ dan “ﻉ” /’a/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.
m. konsonan “ﻙ” /k/ dan “ﺥ” /kh/, misalnya :
ﺃﻛﺑﺭ / akbarun / “lebih besar”
ﺃﺧﺑﺭ / akhbarun / “mengabarkan”
Konsonan “ﻙ” /k/ dan “ﺥ” /kh/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.
n. konsonan “ﺥ” /kh/ dan “ﻍ” /g/, misalnya :
ﺑﺧﻳﺭ / bikhairin / “dengan baik”
ﺑﻐﻴﺭ / bigairin / “dengan yang lain”
Konsonan” ﺥ” /kh/ dan “ﻍ” /g/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.
o. konsonan “ﺙ” /t/ dan “ﺱ” /s/, misalnya :
ﻟﺛﻡ / latsama / “mencium”
ﻟﺳﻡ / lasama / “mengecap”
Konsonan ” ﺥ” /kh/ dan “ﻍ” /g/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.
p. konsonan “ﺯ” /z/ dan ”ﺝ” /j/, misalnya :
ﻣﺯﻟﺔ / mazallatun / “tempat yang licin”
ﻣﺟﻟﺔ / majallatun / “majalah”
Konsonan “ﺯ” /z/ dan ”ﺝ” /j/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.
G. MANFAAT FONOLOGI DALAM PENYUSUNAN BAHASA
Ejaan adalah peraturan
penggambaran atau pelambangan bunyi ujar suatu bahasa. Karena bunyi ujar
adalah dua unsur, yaitu segmental dan suprasegmental, ejaan pun
menggambarkan atau melambangkan kedua unsur bunyi tersebut.
Perlambangan unsur
segmental bunyi ujar tidak hanya bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujar
dalam bentuk tulisan atau huruf, tetapi juga bagaimana menuliskan
bunyi-bunyi ujar dalam bentuk kata, frase, klausa, dan kalimat,
bagaimana memenggal suku kata, bagaimana menuliskan singkatan, nama
orang, lambang-lambang teknis keilmuan dan sebagainya. Perlambangan
unsure suprasegmental bunyi ujar menyangkut bagaimana melambangkan
tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi. Perlambangan unsure
suprasegmental ini dikenal dengan istilah tanda baca atau pungtuasi.
Tata cara penulisan bunyi
ujar ini bias memanfaatkan hasil kajian fonologi,terutama hasil kajian
fonemik terhadap bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, hasil kajian
fonemik terhahadap ejaan suatu bahasa disebut ejaan fonemis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar