Senin, 02 Desember 2013

Menghargai Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia berasal dara bahasa melayu sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa pranata, bakan saja di kepulauan Nusantara melainkan juga hamper diseluruh Asia Tenggara. Ada empat factor bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia.
1.       Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
2.       System bahasa melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa.
3.       Suku – suku di Indonesia dengan sukarela menerima bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia.
4.       Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti luas.

Bahasa Indonesia dengan perlahan – lahan tetapi pasti tumbuh dan berkembangn terus-menerus. Akhir – akhir ini perkembangannya demikian pesatnya sehingga bahasa Indonesia telah menjelma menjadi bahasa modern yang kaya akan kosakata baru. Banyak kosakata daerah dan asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia sehingga jumlah kosakatanya yang berupa entri sudah berjumlah 75000 lebih. suatu kebanggaan bagi kita, tetapi kata – kata asing berikut ini tidak terdapat dalam bahasa melayu.


Airport
Bandar udara
Break even
Impas
Briefing
Taklimat
Catering
Jasa boga
Department store
Toko serba ada
Edit
Sunting
Elegant
Anggun
established
Mapan
Guide
Pemandu
Image
Citra
Rank
Peringkat
Ranking
Pemeringkat
Random
Acak
 
Kata – kata itu sudah sering dipakai dalam berbagai keperluan. Sebenarnya, tidak ada larangan kita menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing. Tetapi yang perlu diingat ialah konsistensi dalam berbahasa. Kalau kita berbahasa daerah berbahasalah dengan baik dan benar; kalau kita berbahasa asing, berbahasalah dengan baik dan benar. Jangan dicampur seperti sayur. Artinya, jangan sebagian bahasa daerah dan sebagian lagi bahasa Indonesia atau bahasa asing. Kebiasaan alih kode bahkan campur kode sedapat – dapatnya dihindari. Misalnya: Kalau you mau, ambil saja.

Memelihara, membina, mengembangkan dan menghargai bahasa Indonesia merupakan cerminan sikap positif terhadap bahasa Indonesia sangat disayangkan bila sebagaian di antara kita kesadaran dalam menggunakan bahasa Indonesia secara konsisten sudah mulai menurun. Hal ini sangat dikhawatirkan karena seperti yang sudah dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa hanya bahasa Indonesia yang mampu mempersatukan bangsa ini. Kita ke manapun di nusantara ini kita dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia walaupun bahasa Indonesia  patah – patah, tetapi semangat kebersamaan dan kesatuan dalam menggunakan bahasa Indonesia ini masih tetap tinggi. Jika bahasa Indonesia telah lenyap dari muka bumi ini, pertanyaan kita adalah apakah kita masih bersatu dalam arti bersatu dalam kekeluargaan sebagai satu bangsa satu tanah air? Kalau di antara kita sudah tidak saling memahami bahasa, agaknya persaudaraan kita akan semakin jauh pula. Tampaknya dengan mudah kita berkotak – kotak.

Sikap ini kadang – kadang kurang bijak dalam menggunakan bahasa yang kita cintai ini. Tidak jarang kita menjumpai papan nama atau petunjuk – petunjuk dengan menggunakan bahasa asing. Sungguh menyedihkan.

Mari kita jalan – jalan di mal atau toko swalayan di Indonesia, petunjuk tertulis
Pertanyaan kita adalah, untuk siapakah kata exit itu? Siapakah yang berbelanja di mal itu. Bila kita memperhatikan orang – orang yang berbelanja umumnya adalah penutur asli bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Lalu, untuk apa kita menggunakan bahasa inggris? Bukankah itu merupakan wujud tak peduli dengan bahasanya, bahasa Indonesia yang kita cintai dan kita banggakan ini? Lebih bijaksana kalau kita menuliskan lebih dahulu bahasa indonesianya, lalu padanannya dalam bahsa asing dituliskan di bagian bawah

 
Lebih lanjut kita perhatikan papan – papan nama yang terpancang di mana – mana toko atau usaha, seperti: Cardoba Hotel, Mall Of Indonesia. Mengapa bukan  Hotel Cardoba atau Mall Indonesia? Kita asing di negeri sendiri. Lalu untuk siapa alat komunikasi asing itu disampaikan? Untuk orang asing? Perlu diketahui orang asing itu tidak serta – merta tahu berbahasa inggris. Dan juga mereka ke Indonesia, setidak – tidaknya bahasa Indonesia percakapan ala kadarnya sudah dipelajari. Mereka berjalan bersama kamus kecilnya, kamus Indonesia-Inggris, Inggris-Indonesia. Tak perlu kita menyiapkan mereka dengan bahasa inggris. Janganlah kita bersusah – susah. Begitu pula jika anda ke negeri mereka, bukan mereka yang bersusah – susah untuk anda. Karena anda harus mempelajari bahasa mereka.
Kadang – kadang dalam hal kita berbahasa Indonesia sangat ironis. Kita berbahasa Indonesia asal jadi. Yang penting bias dipahami atau dimengerti. Salah atau benar, baik atau benar tidak jadi masalah. Akan tetapi, bila kita berbahasa asing benar – benar kita merasa malunkalau kita salah. Itu sebabnya, banyak di antara kita enggan berbahasa asing karena takut salah. Begitu pula kita menuliskan kata – kata bahas asing sangt teliti. Begitu ironis…
Sadar atau tidak, tahu atau tidak, dalam berbahasa Indonesia walaupun rancu kita tenang – tenang saja. Lebih ironis lagi ketika bertemu dengan acara pembinaan bahasa Indonesia di televisi atau surat kabar, kita langsung meniggalkan atau menggantinya dengan siaran lain. Untuk diketahui saja bahwa pembinaan bahasa Indonesia yang disajikan atau ditayangkan di media massa bukanlah ditujukan kepada guru bahasa Indonesia, ahli bahasa Indonesia, melainkan untuk masyarakat umum pengguna bahasa Indonesia. Dengan penyelenggaraan acara pembinaan bahasa Indonesia itu diharapkan dapat meminimalisasi kesalahan – kesalahan berbahasa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar